7.31 PM. Duduk di kereta menuju rumah
.
Skenarionya begini: Sampai di stasiun kereta, tap kartu,
jalan menuju tempat nunggu kereta di barisan gerbong wanita, ga berapa lama
kereta menuju Bogor datang. Pintu kebuka dan ada 2 orang menuju satu titik fokus
yang sama dari arah yang berlawanan untuk mencapai sebuah space tempat duduk
yang hanya muat buat satu orang.
Kemudian,
Salah seorang menggerutu dan yang satunya duduk merasa menang.
Dan disini lah saya sekarang duduk. Dan merasa menang.
It was just a simple
thing.
Kenapa saya nulis ini? Tak ada yg istimewa dari 2 orang
rebutan tempat duduk di kereta yang isinya tak pernah sepi di jam-jam kaya gini.
Tapi, karena kejadian tadi saya terpikir sesuatu yang berhubungan sama apa yang saya bahas td sore sebelum pulang dengan seorang teman.
Bahasannya begini: Sampai sekarang apa sih yang udah kamu capai?
Udah settle kah secara finansial?
Udah baik kah secara kepribadian?
…..
Belum.
Tapi sedang dilakukan. Membayar semua kerugian karena
menyia-nyiakan waktu. Menjadi pribadi yang lebih baik. Mengeksplore kemampuan.
Tapi kemudian ada sesuatu terlintas yang bisa memusnahkan
niat: “Bisakah saya melakukannya dan menjaga agar tetep konsisten?”
Ada keraguan. Pasti ada walaupun sedikit.
Tapi ada kesadaran saat tadi..
Berebutan tempat duduk.
“Saya tau ada hambatan di depan mata, tapi ketika saya fokus dengan tujuan tanpa memikirkan ketakutan-ketakutan yang muncul—kalah cepet lah,
bisa jatuh lah gara-gara lari, atau semacamnya—I can reach it. Yes I did!”
Simple, rite? STAY
FOCUS!
Tapi gak sampai situ. Tak hanya udah berhasil mendapatkan tempat
duduk, tapi apa yang bisa dilakukan selama duduk?
Sama aja ketika udah mencapai tujuan, mau istirahat sebentar
atau eksplore yang lain ketika masih sanggup?
Kalau diibaratkan, istirahat itu tidur dan eksplore yang
lain itu tetap terjaga.
Keduanya sama-sama bermanfaat.
Keduanya sama-sama bermanfaat.
Tapi saya memilih melakukan hal kedua. Saya membuka sebuah artikel, tapi
ditengah-tengah bacaan saya malah memutuskan menulis ini.
Terus terlintas dipikiran, gimana kalo tadi saya yang gak
dapet tempat duduk? Pastinya bakal berdiri sambil berharap ada tempat duduk
kosong sebelum sampai di tempat tujuan. Atau kalo beruntung, bisa
berdiri sambil pegang handphone dan baca artikel, kalo engga ya cuma liatin
jalanan. Sebuah kerugian kah?
Mungkin iya. Entah kenapa kalo pulang naik kereta dan gak bisa
bergerak karena kereta yang penuh, dan cuma bisa liat jalanan
untuk beberapa lama, itu sebuah kerugian kecil. Kenapa? Seharusnya saya bisa
memanfaatkan waktu buat ngelakuin hal baik, gak hanya bengong liatin jalan. Tapi ya mau
gimana, keadaan yang memaksa. Dan hal ini juga yang memaksa otak buat mikir,
“emang iya dalam kondisi kereta penuh dan gak bisa baca artikel, ga ada hal
bermanfaat lain yang bisa dilakukan?”
Ini jadi peer.
Nah, kalo balik lagi ke ‘berebutan duduk’ tadi, saya jadi
sadar, ketika bisa fokus sama tujuan dan hilangkan semua ketakutan, insyaallah, bisa tercapai. Tapi ketika gak tercapai, harus stay
positive. Belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan. Semua akan
sampai di tujuan yang indah walaupun dengan jalan yang berbeda saat lo pantang
menyerah.
Tapi pokoknya, inti dari semua yang saya alami tadi bikin tersadar, buat mencapai ke sebuah tujuan, kita harus bisa fokus dan lupain semua
pikiran-pikiran negatif. Jangan cepat puas. Ketika masih ada hal yang bisa di
eksplore, eksplore terus.
Tapi ketika gagal, mungkin ini belum waktu yang tepat, ada
jalan lain yang lebih menantang. Jangan nyerah. Ambil pelajarannya. Cari cara
lain.
Setuju gak? Semoga pada setuju 😊
Ohya, kenapa tadi saya memutuskan untuk berhenti baca artikel
dan nulis ini?
Karena saya memutuskan untuk mengeksplore (mungkin) kemampuan saya yang lain. Dan hasilnya saya menggabungkan dua kejadian yang berbeda dan menarik sebuah kesimpulan yang udah saya tulis di atas. It’s a new challenge!
Selain itu, jangan biarkan ide menguap begitu aja karena
terkadang sebuah ide akan memancing ide-ide lain untuk keluar. Yes!
Baiklah saya sudah sampai ditujuan dan menghasilkan tulisan
yang mungkin bisa jadi pencerahan :)
Before you turn into a beautiful
butterfly, you have to be a caterpillar before.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar