05/02/15

Cerita Kereta

7.31 PM. Duduk di kereta menuju rumah
.
Skenarionya begini: Sampai di stasiun kereta, tap kartu, jalan menuju tempat nunggu kereta di barisan gerbong wanita, ga berapa lama kereta menuju Bogor datang. Pintu kebuka dan ada 2 orang menuju satu titik fokus yang sama dari arah yang berlawanan untuk mencapai sebuah space tempat duduk yang hanya muat buat satu orang.

Kemudian,

Salah seorang menggerutu dan yang satunya duduk merasa menang.

Dan disini lah saya sekarang duduk. Dan merasa menang.

It was just a simple thing.

Kenapa saya nulis ini? Tak ada yg istimewa dari 2 orang rebutan tempat duduk di kereta yang isinya tak pernah sepi di jam-jam kaya gini. Tapi, karena kejadian tadi saya terpikir sesuatu yang berhubungan sama apa yang saya bahas td sore sebelum pulang dengan seorang teman.

Bahasannya begini: Sampai sekarang apa sih yang udah kamu capai? Udah settle kah secara finansial? Udah baik kah secara kepribadian?
…..
Belum.

Tapi sedang dilakukan. Membayar semua kerugian karena menyia-nyiakan waktu. Menjadi pribadi yang lebih baik. Mengeksplore kemampuan.

Tapi kemudian ada sesuatu terlintas yang bisa memusnahkan niat: “Bisakah saya melakukannya dan menjaga agar tetep konsisten?”

Ada keraguan. Pasti ada walaupun sedikit.

Tapi ada kesadaran saat tadi..

Berebutan tempat duduk.

“Saya tau ada hambatan di depan mata, tapi ketika saya fokus dengan tujuan tanpa memikirkan ketakutan-ketakutan yang muncul—kalah cepet lah, bisa jatuh lah gara-gara lari, atau semacamnya—I can reach it. Yes I did!

Simple, rite? STAY FOCUS!

Tapi gak sampai situ. Tak hanya udah berhasil mendapatkan tempat duduk, tapi apa yang bisa dilakukan selama duduk?

Sama aja ketika udah mencapai tujuan, mau istirahat sebentar atau eksplore yang lain ketika masih sanggup?

Kalau diibaratkan, istirahat itu tidur dan eksplore yang lain itu tetap terjaga.

Keduanya sama-sama bermanfaat.

Tapi saya memilih melakukan hal kedua. Saya membuka sebuah artikel, tapi ditengah-tengah bacaan saya malah memutuskan menulis ini.

Terus terlintas dipikiran, gimana kalo tadi saya yang gak dapet tempat duduk? Pastinya bakal berdiri sambil berharap ada tempat duduk kosong sebelum sampai di tempat tujuan. Atau kalo beruntung, bisa berdiri sambil pegang handphone dan baca artikel, kalo engga ya cuma liatin jalanan. Sebuah kerugian kah?

Mungkin iya. Entah kenapa kalo pulang naik kereta dan gak bisa bergerak karena kereta yang penuh, dan cuma bisa liat jalanan untuk beberapa lama, itu sebuah kerugian kecil. Kenapa? Seharusnya saya bisa memanfaatkan waktu buat ngelakuin hal baik, gak hanya bengong liatin jalan. Tapi ya mau gimana, keadaan yang memaksa. Dan hal ini juga yang memaksa otak buat mikir, “emang iya dalam kondisi kereta penuh dan gak bisa baca artikel, ga ada hal bermanfaat lain  yang bisa dilakukan?” Ini jadi peer.

Nah, kalo balik lagi ke ‘berebutan duduk’ tadi, saya jadi sadar, ketika bisa fokus sama tujuan dan hilangkan semua ketakutan, insyaallah, bisa tercapai. Tapi ketika gak tercapai, harus stay positive. Belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan. Semua akan sampai di tujuan yang indah walaupun dengan jalan yang berbeda saat lo pantang menyerah.

Tapi pokoknya, inti dari semua yang saya alami tadi bikin tersadar, buat mencapai ke sebuah tujuan, kita harus bisa fokus dan lupain semua pikiran-pikiran negatif. Jangan cepat puas. Ketika masih ada hal yang bisa di eksplore, eksplore terus.

Tapi ketika gagal, mungkin ini belum waktu yang tepat, ada jalan lain yang lebih menantang. Jangan nyerah. Ambil pelajarannya. Cari cara lain.

Setuju gak? Semoga pada setuju 😊

Ohya, kenapa tadi saya memutuskan untuk berhenti baca artikel dan nulis ini?

Karena saya memutuskan untuk mengeksplore (mungkin) kemampuan saya yang lain. Dan hasilnya saya menggabungkan dua kejadian yang berbeda dan menarik sebuah kesimpulan yang udah saya tulis di atas. It’s a new challenge!

Selain itu, jangan biarkan ide menguap begitu aja karena terkadang sebuah ide akan memancing ide-ide lain untuk keluar. Yes!


Baiklah saya sudah sampai ditujuan dan menghasilkan tulisan yang mungkin bisa jadi pencerahan :) 

Before you turn into a beautiful butterfly, you have to be a caterpillar before.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar